Best Patner

Friday 15 September 2017

Penghapusan Pelajaran TIK, Pembodohan IT




Kurikulum  K-13 yang ditinggalkan oleh Moh. Nuh selaku mantan Menteri Pendidikan masih mrnjadi polimik antara pro dan kontra sampai dengan awal 2016, padahal sudah beberapa tahun yang lalu Moh. Nuh diganti dengan Anies Baswedan, bukan saja dikalangan pendidik, tapi dikalangan siswa pun timbul bermacam asumsi.

Guru yang dulunya mengajar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merasa mata pelajarannya dihilangkan dan ini akan berefek kepada tunjungan yang diambil selama ini. Sedangkan bagi siswa yang memang tidak memiliki komputer ataupun laptop dirumahnya merasa dirugikan, karena mereka tidak bisa belajar teknologi secara mendetail lagi, padahal mampu menguasai komputer adalah hampir menjadi kebutuhan wajib di era globalisasi ini.

Pergantian TIK dengan Prakarya Bukan Solusi

Dalam kurikulum 2013 nama mata pelajaran TIK tidak lagi disebutkan, bahkan telah diganti dengan mata pelajaran prakarya, dimana mata pelajaran prakarya ini masih bersifat umum, karena dalam mata pelajaran Prakarya bukan saja belajar tentang komputer, akan tetapi disana ada materi tentang kerajinan tentang bahan alam, alat penjernih air, budidaya tanaman sayuran, dan pengolahan pangan buah dan sayur. Jadi otomatis siswa tidak akan bisa lagi memegang komputer selama 2 jam penuh dalam seminggu.

Bagi anak yang ekonomi ayahnya menengah ke atas, mungkin pelaran TIK itu tidak begitu penting, karena ia telah memiliki laptop dirumahnya dan bisa belajar dengan orang tuanya, namun bagi anak yang kurang mampu, orang tuanya petani atau buruh kasar, jangankan memiliki laptop mengoperasikannya masih gagap, atau pun tidak mengenal laptop sekalipun adalah masalah yang sangat serius dan ini akan berefek kepadanya sebagai generasi yang gagap teknologi.

Di Indonesia, pertumbuhan penduduk miskin bukanlah hal yang sepele, ini dapat kita lihat dengan realita kehidupan masyarakat disamping kita, ada anak yang harus berhenti bersekolah karena orang tuanya tidak sanggup membiayai biaya pendidikannya, baik biaya transportasi ataupun jajan sehari-hari.

Menurut Kepala Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Winandi Himawan menyampaikan jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 30,02 juta orang atau mencapai 12,49 persen. "Ini setara dengan 1,5 kali banyaknya penduduk Australia," ungkapnya dalam sosialisasi pendataan program perlindungan sosial (PPLS) di Swiss Belhotel Jakarta, Selasa (5/7), (Republika, 05/07/11).

Secara sistematis, kalau yang 12,49 persen ini benar-benar sangat miskin, berarti anak-anak dari keluarga tersebut tidak akan pernah memegang komputer atau mengenal komputer lagi jika mata pelajaran TIK tersebut benar-benar dihapus di kurikulum.

Kalau berdalih pembentukan kurikulum 2013 untuk membentuk karakter dan sikap siswa, maka ini tidak perlu menciptakan kurikulum baru yang mesti ada yang dikorbankan, namun tinggal melengkapi kurikulum sebelumnya dengan metode atau strategi pembelajaran yang lebih menjurus kepada karakter dan sikap tersebut.

Kurikulum Pendidikan Nasional 2013, Harapan Baru

Perubahan kurikulum 2013 ke kurikulum pendidikan nasional 2013 merupakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan ini mestinya dengan tidak ada yang dikorbankan, yaitu kembali kekurikulum sebelumnya (KTSP) dengan memasukkan metode penerapan sesuai dengan kurikulum 2013. Karena kurikulum itu penting, tapi guru lebih penting yang dituntut bukan saja mengajar di kelas, guru juga sebagai motivator dan inspirator yang akan menjadi lompatan penting dalam dunia pendidikan.

Pengembangan kurikulum yang bijak dengan melihat segala aspek, terutama aspek pendidik dan aspek anak didik agar tidak menjadi kesenjangan atau pun polimik dikemudian hari. Karena tujuan dari suatu kurikulum adalah untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta meningkatkan kualitas dirinya sebagai manusia. Meningkat sensitivitas, kemampuan mengekspresikan, dan kemampuan mengapresiasikan keindahan dan harmoni. Dan meningkatkan potensi fisik serta menanamkan spotivitas  dan kesadaran hidup sehat.

Sedangkan tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkanmanusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tahun Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Melihat tujuan pengembangan kurikulum dan tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan rakyat Indonesia seutuhnya, maka tidak ada dalih pemerintah untuk menghapus mata pelajaran TIK dari karikulum K-13 atau dari karikulum pendidikan nasional 2013. Karena penghapusan mata pelajaran tersebut merupakan pembodohan ilmu teknologi bagi generasi Indonesia.

Asumsi ini bukan tak berdalih, kita lihat sekarang saja berapa banyak masyarakat dewasa atau orang tua kita yang tidak mengenal komputer dan tidak tau cara mengoperasikannya, ini adalah efek dari pendidikan yang mereka peroleh dulu tanpa adanya mata pelajaran komputer. Sungguh sangat disayangkan, ketika generasi kita sudah mulai berkompeten dalam bidang teknologi atau sudah mulai mengenal komputer, malah mata pelajaran tersebut dianggap tidak penting untuk dipelajari disekolah-sekolah umum.

Semoga pemerintah secara umum dan bapak Anies Baswedan selaku pengambil kebijakan tentang kurikulum pendidikan dasar menengah dapat melihat kondisi pendidikan di daerah pedalaman yang mayoritas anak-anak ditempat itu dari keluarga yang kurang mampu, jangankan untuk membeli komputer dirumah mereka kadang membeli kebutuhan pokok pun sangat sulit. Dengan menghapus TIK disekolah mereka berarti pemerintah telah berusaha untuk membutakan teknologi kepada mereka dan ini adalah wajah kegelapan masa depan bagi mereka.

Anak adalah Harta Terindah



Hidup berkeluarga merupakan karunia Allah yang mesti harus dijalani oleh manusia. Betapa juga banyaknya harta dan jabatan tinggi yang dimiliki oleh seseorang, namun kehidupan ini akan terasa kosong dan hampa jika belum mempunyai keluarga dan anak sebagai pelipu lara.

Berkawinlah kamu supaya kamu berkembang biak karena aku akan merasa bangga di hari kiamat disebabkan umat dan pengikutku banyak”, (H. R Abd Razak).

Perkawinan bukan saja dalam membentuk suatu keluarga yang didalamnya mendapat hadiah anak, namun perkawinan juga menjadi pintu rezki bagi seseorang.

Berkawinlah kamu karena perkawinan itu akan menambah rezkimu”, (H. R Hakim dan Abu Daud).

Anak merupakan karunia Allah yang begitu tinggi nilainya, ia merupakan perhiasan dalam keluarga yang bisa menjadi pengobat lelah setelah bekerja banting tulang, ia sebagai motivasi bagi orang tua untuk terus bekerja mempertahankan hidup, bahkan kepada anaklah para orang tua menggantung beribu harapan untuk masa depan, setiap orang tua menginginkan anaknya lebih mapan, lebih kaya, lebih pandai, bahkan lebih mulia dari dirinya dihadapan manusia dan Sang Pencipta.

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”, (Q. S Al Kahfi: 46).

Kedudukan anak dalam suatu keluarga adalah sebagai amanah yang mesti dijaga, di urus, ditempatkan, dididik, dan diberikan kenyamanan, sehingga ia memperoleh hak semesti baginya.

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan(amanah), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”, (Q. S At Taghabun: 15).

Anak juga merupakan suatu pintu bagi orang tua untuk memperoleh kebahagiaan didunia dan akhirat, dan juga ia juga menjadi satu jalan bagi orang tua untuk terjerumus kedalam kehancuran didunia dan akhirat.

Anak Sebagai Amanah

Anugerah anak yang merupakan amanah dari Allah SWT harus diperlakukan dengan baik, jangan pernah menyianyiakan anak, karena bila anak tidak dijaga dengan baik dan tidak memperlakukannya seperti ketentuan syara’, maka ini merupakan suatu dausa disisi Allah SWT.

Memberikan kebutuhan ruhaniah dan jasmaniah adalah kewajiban bagi orang tua, yaitu mendidik ruhnya agar ia mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga dapat mengenali dirinya, mengenali Tuhannya, mengenali orang tuanya, mengenali temannya, dan mengenali lingkungan yang bagaimana cocok untuk bergaul. Kemudian memberikan makanan halal yang bergizi untuk proses pertumbuhan sia anak, agar anak dapat tumbuh dengan subur dan sehat.

Menjaga dan memelihara bukan saja untuk didunia, namun orang tua harus menjaga dan memelihara mereka agar tidak terjerumus kedalam neraka.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”, (Q. S At Tahrim: 6).

Namun begitu banyak orang tua yang tidak tau bagaimana memperlakukan amanah, sehingga dengan mendapatkan anak  kebanyakan lalai, baik karena terlalu memanjakannya atau terlalu membiarkannya, sehingga kehadiran mereka menyebabkan orang tua lupa untuk mengingat Allah. Terlalu sibuk dalam mencari rizki untuk menafkahi mereka sehingga orang tua kadang meninggalkan kewajibannya kepada Allah.

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”, (Q. S Al Munafiqun: 9).

Dalam hal menjaga anak, maka orang tua harus memperhatikan pendidikan anak dengan baik, dan dalam memberikan pendidikan itu ada tingkatannya. Sehingga orang tua harus tau pendidikan apa yang pertama sekali diberikan kepada anaknya.

Hal pertama yang perlu diajarkan kepada anak adalah mendengarkan bacaan-bacaan Al Quran, ini semenjak masih dalam kandungan sampai ia telah lahir dan menjadi besar. Kemudian membiasakan anak mengucapkan dan mendengar kalimat tauhid dan memahamkan maknanya bila ia telah mampu memahaminya.

Menanamkan kecintaan anak kepada Allah dan Rasul Nya, ini untuk memupuk keimanan yang kokoh, sehingga ia mampu memahami dan menerima takdir apapun dari Allah SWT, agar ia selalu optimis dalam menjalani kehidupan ini.

Memberikan contoh suri teladan Rasulullah SAW dalam mendidik akhlaknya, agar ia memiliki akhlak yang mulia, sehingga ia akan mudah bergaul dan diterima dalam kehidupan bermasyarakat.

Kemudian memberikan pendidikan formal bagai anak, dengan memilih sekolah yang baik, ini sangat mempengaruhi karakter anak. Karena hakikat pendidikan formal itu bukan saja tempat mentransfer ilmu, namun lebih condong kepada pembinaan kepribadian anak.


Hubungan Anak dengan Orang Tua Tidak Pernah Putus

Anak dan orang tua merupakan jalinan ikatan yang sangat erat, hubungan antara keduanya tidak akan pernah putus, walau salah satu diantara mereka sudah meninggal. Orang tua akan dapat merasakan apa yang anaknya lakukan didunia ini, sehingga ia akan mendapat rahmat bila anaknya melakukan kebaikan.

Apabila seorang anak Adam mati, putuslah amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang memberi manfaat, dan anak yang shaleh yang berdoa untuknya”, (H. R Muslim).

Menjadikan anak yang shaleh merupakan tanggungjawab orang tua, selain memberikan pendidikan agama yang mantap juga dengan berdoa kepada Allah, anak yang shaleh ia akan selalu berdoa kepada Allah untuk orang tuanya, dan ia juga merupakan penyejuk mata.

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”, (Q. S Al Furqan: 74).

Hubungan keduanya adalah hubungan yang abadi, maka jangan pernah menyiakan mereka, selain agama, negara juga mewajibkan orang tua untuk memberikan tempat, pakaian dan pendidikan yang layak, jangan pernah kita korbankan mereka demi kepentingan sesaat.

Membimbing mereka agar sukses di dunia dan akhirat merupakan kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Dan semoga kita  benar-benar menjadi orang tua seperti yang diharapkan oleh Al Quran dan sebagaimana tuntunan Rasulullah SAW.

Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”, (Q. S At Thuur: 21).

Oleh : Joel Buloh (Guru MTsN Kutamakmur)