Best Patner

Sunday 18 May 2014

Mengapa Golput



Akhir-akhir ini, orang semakin dibuat pusing kepalanya akibat banyak sekali cara calon legislatif mempromosikan diri menjelang pemilu legislatif yang akan datang, sepanjang jalan bisa kita lihat foto - foto terpajang dengan ukuran besar – besar, ada yang terpampang ditempat yang disediakan khusus, ada juga yang foto - foto mereka tertempel di pohon - pohon, dinding - dinding, dan dimana saja asal nempel. Seolah ingin menunjukkan memang saat sekarang lah komposisi kualitas mereka dalam artikulasi Politik di tanah air. Persoalan apakah mereka memiliki kemampuan ataukah tidak itu belakangan, yang penting : `Saya lah seolah-olah yang paling layak`.

Dengan semakin banyaknya model dan cara para caleg untuk menarik simpati masyarakat dan meraup suara pada hari pemilihan nanti, maka semakin banyak masyarakat yang bosan, muak, bahkan krisis kepercayaan terhadap para caleg dan kepada partai politik. Ini terlihat dengan begitu banyaknya isu golput yang berkembang dalam masyarakat, baik melalui media facebook, twitter, dan media lain juga perbincangan di warung - warung kopi.


Fenomena Partai Politik Dilapangan

Menurut UU No.2 Tahun 2008 tentang partai politik, Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Tujuan parpol adalah untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan guna melaksanakan /mewujudkan program-program yang telah mereka susun sesuai dengan ideologi tertentu. Fungsi dari partai politik adalah sebagai saran komunikasi politik, sarana sosialisasi politik, sarana rekrutmen politik, dan saran pengatur konflik.

Namun yang kita lihat dilapangan sekarang sudah beda, partai politik adalah ajang untuk memperkaya diri dan kelompoknya, mulai dari partai yang berkuasa hingga ke partai-partai yang baru lahir dengan dalih sebagai pahlawan, tapi ujung-ujungnya terjerat kasus korupsi juga.

Menjelang pemilu legislatif April 2014 mendatang, berbagai trik dilakukan oleh para caleg untuk meraup suara terbanyak nanti, mulai dari membagi-bagikan uang, kain sarung, peralatan olah raga, jelbab, sembako sampai dengan mengontrak janji akan memperbaiki taraf ekonomi msyarakat.

Jarang dilihat caleg yang tidak pernah berbual dan mengumbar janji-janji palsu yang tidak akan pernah ditepatinya kelak, bahkan sebagian caleg berani menjual ayat-ayat Al Quran dan Hadits untuk menguatkan janjinya agar ia dipilih dalam pemilu mendatang.

Yang sangat parah lagi, sebagian caleg berani mengkafirkan kelompok partai lain, demi mengatakan kelompok partainya lah yang lebih bagus, lebih baik, lebih bijak, lebih bermarwah, lebih bermartabat dan lebih layak dipilih dalam pesta demokrasi nanti. Sedangkan Islam telah melarangkan mengkafirkan orang-orang yang telah mengucap syahadah, jangankan mengkafirkan menamakan orang lain dengan nama yang tidak baik pun Islam melarangnya.


Kenapa Gulput Jadi Pilihan

Golput (Golongan Putih) adalah kelompok-kelompok yang tidak menggunakan hak pilihnya untuk berpartisipasi dalam menyukseskan pemilu.

Banyak orang yang berpendapat tentang golput, ada yang biasa saja, ada yang menganggap golput adalah tindak pidana, dan ada juga yang menganggap golput itu sebagai model politik yang perlu dijaga dan dipelihara keberadaannya.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tak sepakat ajakan mempidanakan warga negara yang tidak menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2014.  "Saya tidak setuju orang Golput dipidanakan. Karena itu bertentangan mengenai, memilih adalah hak politik," kata Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Mahfudz Siddiq di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (17/2/2014), (SindoNews.com, 17 Februari 2014).

Tentang bagaimana pun sikap pemerintah dan para pakar politisi tentang golput, namun golput ini pun sudah sangat masyhur diperbincangkan dalam kalangan masyarakat. Masyarakat hanya melihat kesalahan-kesalahan pribadi seorang politisi dan menggabungkannya dengan partai, sehingga tingkat kepercayaan masyarakat memilih melalui wadah partai sudah sangat berkurang dari tahun ke tahun. Ini tidak terlepas dari praktik yang dilakukan oleh dewan selaku wakil rakyat dari suatu partai itu jarang tercermin kesejahteraan rakyat, namun seolah-olah kelihatannya mereka lebih mementingkan kelompok dan keluarganya.

Al-Mawardi (Al-ahkmã as- Sultãniyya) sebagai catatan standar politik Islam, maka mencari pemimpin ideal tidaklah berpegang kepada keterdesakan waktu, akan tetapi terkadang pilihan untuk tidak mengikuti imam dan meninggalkannya menjadi jalan yang terbaik apabila akhlak para pemimpinnya dianggap tidak baik. Jadi wajibkah kita memilih pemimpin?

Pengamat politik Centre for Electoral Reform (Cetro), Refli Harun, mengatakan ada tiga faktor yang menyebabkan seseorang golput, yaitu pertama; banyak masyarakat yang menggunakan kata hatinya untuk menilai visi dan misi seorang itu tidak cukup baik, kedua; karena kesalahan teknis dalam pencatatan daftar pemilih tetap, ketiga; karena sikap apatis masyarakat.

Juga yang menjadi alasan masyarakat tidak memilih hak pilihnya adalah Individu atau Masyarakat yang sudah putus asa dengan keadaan yang tidak berubah, Intinya kecewa dengan pemerintah, apatis terhadap pemerintah.

Masyarakat tidak mendapati figur yang cocok untuk di pilih dan menjadi harapan memimpin pemerintahan lima tahun ke depan.
Menganggap golput sebagai sikap memprotes kepada negara atau pemerintah.

Memiliki kesibukan yang tidak bisa di tinggalkan, karena jika ditinggalkan memiliki akibat yang fatal, misal bekerja.

Dalam pemilihan calon anggota legislatif April ini agar berjalan sukses dan minimnya para golput, maka para caleg yang terpilih dari setiap partai adalah orang-orang pilihan dan panutan dalam masyarakat di setiap  waktu, mereka tidak arogan, tidak bersifat preman dan mampu memberikan kepercayaan kepada masyarakat. Caleg harus orang-orang yang mampu mengusai ilmu agama yang dalam, agar apa yang ia janjikan pada masa kampanye akan ia implimentasikan pada saat menjabat sebagai dewan.

Oleh: Zulkifli (Joel Buloh)

No comments:

Post a Comment