Best Patner

Sunday 16 December 2012

Awal Perebutan Pengaruh Syiah-Sunni di Nusantara

TEMPO.CO, Jakarta - Penyerangan terhadap warga Syiah di Sampang pada 26 Agustus 2012 meletupkan kembali selentingan soal perbedaan Syiah dengan Sunni. Menteri Agama Suryadharma Ali dan organisasi massa seperti Nahdlatul Ulama menegaskan konflik di Sampang bukan persoalan antara Sunni dengan Syiah. Namun, seperti apa perebutan pengaruh antara Syiah dan Sunni di nusantara?

Profesor A. Hasjmy dalam buku Syi’ah dan Ahlussunnah: Saling Rebut Pengaruh dan Kekuasaan Sejak Awal Sejarah Islam di Kepulauan Nusantara menulis perebutan pengaruh antara Syiah dan Sunni (atau Ahlussunah) sudah terjadi sejak Kerajaan Islam Peureulak (840-1292) di Nanggroe Aceh Darussalam. “Kerajaan Islam Peureulak pada mula berdirinya dipengaruhi dan dikuasai oleh orang-orang dari aliran politik Partai Syiah,” tulis A. Hasjmy dalam buku yang terbit 1983 itu.

Menurut A. Hasjmy, untuk mengimbangi pengaruh Syiah, Daulah Abbasiyah mengirim misi ke Peureulak secara rahasia. “Dengan ketekunan dan kecakapan berdakwah, mereka (misi Daulah Abbasiyah) berhasil mengumpulkan pengikutnya di Peureulak,” tulis A. Hasjmy.

Akibat perebutan pengaruh itu, pada masa pemerintahan Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abbas (Sultan Peureulak III) yang memerintah pada 888-913 meletuslah pemberontakan kelompok Sunni. Pemberontakan berlangsung selama dua tahun sebelum akhirnya diredam.

Pada akhir masa Sultan Alaiddin Maulana Ali Mughaiyat Syah (915-918) pecah lagi pemberontakan. Kelompok Sunni menang. Berakhirlah pemerintahan kelompok beraliran Syiah. Gantinya muncul pemerintahan Dinasi Makhdum Johan dari Sunni.

A. Hasjmy menulis, “Rahasia kemenangan aliran Ahlussunah yaitu mereka mendasarkan kekuatannya pada penduduk asli. Mereka mencalonkan salah seorang bangsawan penduduk asli untuk menjadi sultan. Sehingga setelah mereka mencapai kemenangan diangkatlah Meurah Abdul Kadir menjadi Sultan Peureulak dengan gelar Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Syah Johan.”

Setelah digulingkan, orang-orang Syiah tidak tinggal diam. “Mereka terus mengadakan gerakan di bawah tanah,” tulis A. Hasjmy. Kelompok Syiah pun melakukan pemberontakan selama empat tahun terhadap Dinasti Makhdum Johan.

KODRAT

No comments:

Post a Comment