Best Patner

Wednesday 28 May 2014

Sejarah Yang Dilupakan



Aceh dulunya adalah terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berdaulat, dan selama masa kerajaan tersebut sangat banyak para pahlawan yang lahir, bahkan Aceh sangat kaya dengan peradaban-peradaban masa dulu.

Bahkan secara historis Aceh sangat berjasa terhadap perkembangan Indonesia, Dakota RI-001 Seulawah adalah pesawat angkut yang merupakan pesawat kedua milik Republik Indonesia. Pesawat jenis Dakota dengan nomor sayap RI-001 yang diberi nama Seulawah ini dibeli dari uang sumbangan rakyat Aceh. Pesawat Dakota RI-001 Seulawah ini adalah cikal bakal berdirinya perusahaan penerbangan niaga pertama, Indonesian Airways. Pesawat ini sangat besar jasanya dalam perjuangan awal pembentukan negara Indonesia (Wikipedia).

Obor api emas seberat 38 kilogram yang ada dipuncak tugu Monas Jakarta adalah hasil sumbangan Teuku Markam seorang saudagar kaya dari Aceh, anak Teuku Marhaban penduduk desa Seuneudon dan Alue Capli Aceh Utara, yang kini tugu tersebut menjadi bukti dan tanda itulah Jakarta sebagai pusat ibukota negara Indonesia.

Dan sangat banyak para pahlawan Aceh yang berjasa terhadap kemardekaan negara Indonesia dalam memerangi penjajah dari abad ke abad, bahkan mereka sampai ke medan area mengejar dan berperang dengan penjajah, namun hampir semua sejarah-sejarah pahlawan Aceh dan orang-orang Aceh yang berjasa terhadap Indonesia krisis biografi mereka dan hampir para generasi Aceh melupakan mereka dan ini kemungkinan suatu saat perjuangan mereka-mereka akan dianggap sebagai dongeng atau mitos.


Ada Apa Dengan Sejarah Aceh

Ketika kita mengunjungi pustaka-pustaka yang ada di Indonesia dan Aceh khususnya, hampir kita tidak pernah menemukan buku-buku tentang sejarah Aceh, pahlawan-pahlawan Aceh dan buku tentang begitu berjasanya Aceh dalam kemardekaan dan kemajuan Indonesia. Sehingga semakin kurun waktu maka sejarah Aceh akan dilupakan oleh penduduk dunia dan penduduk Aceh itu sendiri, sehingga suatu saat sejarah akan berubah menjadi dongeng, dari suatu kerajaan yang pernah berdaulat akan menjadi suatu mitos yang tak pernah ada, bahkan Aceh akan dilakab “Negeri yang hilang”.

Setiap sekolah di Aceh, mulai tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Universitas, belum ada satu bukupun yang menceritakan tentang sejarah Aceh dengan lengkap, padahal siswa yang bersekolah dasar, sekolah menengah, dan sekolah tingkat atas sangat dibutuhkan pemahaman tentang sejarah Aceh, sehingga mereka tidak pernah melupakan bagaimana kejayaan Aceh dulu, bagaimana jasa-jasa para syuhada dalam memperjuangkan Islam di Aceh dan bagaimana berjasanya rakyat Aceh untuk Indonesia.

Dinegara-negara maju, maka pendidikan yang pertama sekali diberikan kepada warga negaranya adalah pendidikan sejarah negaranya, sehingga kelak akan tumbuh para generasi yang nasionalis dan loyalitas kepada negara, bukan para generasi yang melupakan sejarah dan melupakan pahit manis para pahlawannya.

Terlintas dibenak penulis, apakah ini memang disengaja oleh pihak-pihak tertentu untuk memusnahkan tentang sejarah Aceh? Tentang Aceh adalah suat kerajaan yang pernah berdulat dan rakyatnya sangat sejahtera? Atau agar rakyat Aceh tidak menuntut banyak kepada Pemerintah Pusat  tentang kesejahteraan rakyat di Aceh? Sehingga sejarah akan dihapuskan atau seolah-olah Aceh tak pernah berjasa kepada Jakarta.

Pemerintah Aceh sendiri yang jelas-jelas adalah masyarakat Aceh, bahkan orang-orang yang pernah berorasi tentang sejarah Aceh, harkat dan martabat serta akan memperjuangkan kesejahteraan rakyat, namun sampai detik ini masih diam dan belum ada buku-buku yang mereka terbitkan tentang sejarah Aceh yang kemudian mereka bagikan bagi seluruh sekolah-sekolah yang ada di Aceh, agar anak-anak Aceh mengetahui hakikat sebenarnya sejarah Aceh dan siapa-siapa yang pernah menjadi pahlawan di Aceh tanpa unsur politisi didalamnya.


Pahlawan Yang Dilupakan

Memang ada juga pahlawan Aceh yang dimasukan kedalam pahlawan nasional, ini takpernah penulis pungkiri, namun tentang biografi mereka kita hanya dapat membacanya dengan sajian sejarah singkat yang tidak hampir setengah lembar helaian buku pembahasannya. Ini yang membuat pembaca semakin miskin tentang sejarah kehidupan dan perjuangan mereka, padahal negara yang bermartabat adalah negara yang akan menceritakan dengan sesungguhnya bagaimakah kehidupan dan keluarga sang pahlawan.

Sultan Iskandar Muda (1593-1636 H), Sultan Iskandar Muda merupakan raja paling berpengaruh pada Kerajaan Aceh. Ia lahir di Aceh pada tahun 1593, Masa kejayaan Sultan Iskandar Muda, di samping kebijakan reformatifnya, juga ditandai dengan luasnya cakupan kekuasaannya. Pada masanya, wilayah Kerajaan Aceh telah mencapai pesisir barat Minangkabau dan Perak.

Laksamana Keumalahayati (1585-1604), Laksamana Keumalahayati merupakan wanita pertama di dunia yang pernah menjadi seorang laksamana. Ia lahir pada masa kejayaan Aceh, tepatnya pada akhir abad ke-XV. Berdasarkan bukti sejarah (manuskrip) yang tersimpan di University Kebangsaan Malaysia dan berangka tahun 1254 H atau sekitar tahun 1875 M, Keumalahayati berasal dari keluarga bangsawan Aceh. Belum ditemukan catatan sejarah secara pasti yang menyebutkan kapan tahun kelahiran dan tahun kematiannya. Diperkirakan, masa hidupnya sekitar akhir abad XV dan awal abad XVI.

Cut Nyak Meutia (Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, 1870 - Alue Kurieng, Aceh, 24 Oktober 1910), ia adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Aceh. Dalam perjalanan kehidupannya Cut Nyak Meutia bukan saja menjadi mutiara keluarga dan Desa Pirak, melainkan ia telah menjadi mutiara yang tetap kemilau bagi nusantara.

Tjoet Njak Dien (1848 H), ia lahir pada 1848 dari keluarga kalangan bangsawan yang sangat taat beragama. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, uleebalang VI Mukim, bagian dari wilayah Sagi XXV. Leluhur dari pihak ayahnya, yaitu Panglima Nanta, adalah keturunan Sultan Aceh yang pada permulaan abad ke-17 merupakan wakil Ratu Tajjul Alam di Sumatra Barat. Ibunda Cut Nyak Dhien adalah putri uleebalang bangsawan Lampagar.

Teuku Umar (1854 – 1899), Ia dilahirkan pada tahun 1854 (tanggal dan bulannya tidak tercatat) di Meulaboh, Aceh Barat, Indonesia. Ia merupakan salah seorang pahlawan nasional yang pernah memimpin perang gerilya di Aceh sejak tahun 1873 hingga tahun 1899.

Raja Isaq Gayo dan Turunannya, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulan memiliki tiga putra; Meurah Makhdum Alaiddin Ibrahim Syah, kemudian menjadi Sultan ke-8; Maharaja Mahmud Syah yang kemudian menjadi Raja Salasari Islam I di Tanoh Data (Cot Girek); Meurah Makhdum Malik Isaq (Isak) mendirikan Negeri Isaq I.

Dan masih banyak lagi pahlawan Aceh dan orang-orang yang berjasa dalam kemajuan Aceh dan Indonesia, tapi sampai sekarang orang-orang pandai di Aceh dan Pemerintah Aceh belum membuat perbekalan kepada setiap sekolah di Aceh untuk memperkaya buku-buku bacaan tentang sejarah Aceh, sehingga masyarakat Aceh kedepan tidak buta sejarah. Dan penulis sangat berharap perhatian khusus tentang sejarah Aceh oleh pemerintah Aceh.

No comments:

Post a Comment