Best Patner

Wednesday 28 May 2014

Kaca Mata Agama Melihat Sang Politisi



Tidak lama lagi Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi elektoral Sembilan April 2014 mendatang untuk memilih Presiden dan wakil Presiden, juga memilih para wakil – wakil rakyat sebagai penerima aspirasi, ide, dan keluhan masyarakat.

Pemimpin Menurut Islam
Al-Quran dan Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam sudah mengatur sejak awal bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi seorang pemimpin. Menurut Shihab (2002) ada dua hal yang harus dipahami tentang hakikat kepemimpinan. Pertama, kepemimpinan dalam pandangan Al-Quran bukan sekedar kontrak sosial antara sang pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah swt.
"Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan larangan (amanat), lalu Ibrahim melaksanakannya dengan baik. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau pemimpin bagi manusia. Ibrahim bertanya: Dan dari keturunanku juga (dijadikan pemimpin)? Allah swt menjawab: Janji (amanat)Ku ini tidak (berhak) diperoleh orang zalim" (Q. S. Al-Baqarah, 2: 124).
Kepemimpinan adalah amanah, titipan Allah swt, bukan sesuatu yang diminta apalagi dikejar dan diperebutkan. Sebab kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang gunanya semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab melayani rakyat. Semakin tinggi kekuasaan seseorang, hendaknya semakin meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Bukan sebaliknya, digunakan sebagai peluang untuk memperkaya diri, bertindak zalim dan sewenang-wenang. Balasan dan upah seorang pemimpin sesungguhnya hanya dari Allah swt di akhirat kelak, bukan kekayaan dan kemewahan di dunia.
Abu Dzarr, meminta suatu jabatan, Nabi saw bersabda: "Kamu lemah, dan ini adalah amanah sekaligus dapat menjadi sebab kenistaan dan penyesalan di hari kemudian (bila disia-siakan)".(H. R. Muslim). Sikap yang sama juga ditunjukkan Nabi saw ketika seseorang meminta jabatan kepada beliau, dimana orang itu berkata: "Ya Rasulullah, berilah kepada kami jabatan pada salah satu bagian yang diberikan Allah kepadamu. "Maka jawab Rasulullah saw: "Demi Allah Kami tidak mengangkat seseorang pada suatu jabatan kepada orang yang menginginkan atau ambisi pada jabatan itu".(H. R. Bukhari Muslim).

Pemimpin yang baik adalah bukan pemimpin yang meminta atau mengkampanye dirinya untuk dipilih, bahkan dengan menggunakan bahasa – bahasa yang tidak islami untuk mengatakan dirinya dan kelompoknya terbaik atau juga menjelek – jelekkan lawan politiknya.


Kriteria Pemimpin Dalam Islam

Dalam Islam untuk melihat seorang politisi yang akan dipilih menjadi seorang pemimpin harus mempunyai beberapa kriteria, karena dengan kriteria inilah sang pemimpin akan menggambarkan bagaimana bentuk kepemimpinannya, dan ini sangat berpengaruh demi perkembangan suatu daerah atau negara ke depan.
Islam telah menjelaskan, sekurang – kurang pemimpin itu memiliki 10 kriteria, yaitu:

1.      Beriman dan Beramal Shaleh
Pemimpin yang beriman ia tidak akan mengubar janji – janji dan menjual imannya demi sebuah jabatan, termasuk menjual belikan ayat – ayat Quran dan Hadits demi kepentingan pribadi dan politiknya. Beramal shaleh adalah suri teladan yang sangat perlu dicontohi dari seorang pemimpin, karena pemimpin ideal adalah pemimpin yang dakwah bil hal bukan cuma bil qaul.

2.      Niat yang Lurus
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut” (Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits.
3.    Laki – laki
Dalam Al-qur'an surat An nisaa' (4) :34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita.
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”(Hadits Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).

4.      Tidak Meminta Jabatan
Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu,
”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

5.      Berpegang pada Hukum Allah
Allah berfirman, ”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (al-Maidah:49).

6.      Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).

7.      Menasehati Rakyat
Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”

8.      Tidak Menerima Hadiah
Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tertentu, oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya. Rasulullah bersabda, ” Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (Riwayat Thabrani).

9.      Tegas
Tegas dalam memimpin adalah idaman setiap rakyat, sehingga pemimpin itu mempunyai suatu kominment yang jelas, bukan plin plan yang membuat rakyat bingung.

10.  Lemah Lembut
Doa Rasullullah : "Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya".
Selain memiliki kriteria yang demikian, seorang pemimpin juga harus memiliki sifat Shiddiq (benar), Tabli’ (menyampaikan), amanah (kepercayaan) dan fathanah (berpendidikan), agar apa yang dipimpinnya terarah sesuai harapan agama dan negara. Calon pemimpin yang baik ia tidak akan menyerukan kepada kemungkaran dan tidak menjelek – jelekkan lawan politiknya.

No comments:

Post a Comment