TEMPO.CO, Jakarta
- Seyyed Hossein Nasr, 79, profesor studi Islam di Universitas George
Washington, Amerika Serikat, memberikan pernyataan yang menarik soal
pertentangan Sunni dan Syiah di dunia ini.
Apa kata profesor yang lahir di Iran, beragama Islam, dan menguasai enam bahasa ini?
Menurut dia, meski polemik antara Sunni-Syiah telah berlangsung lebih
dari 13 abad, terutama sejak persaingan antara Usmaniah dengan Safawiah
sejak abad ke-10 Hijriah sampai dengan ke 16 Masehi makin menjadi, tapi
baik Sunni maupun Syiah tidak pernah menolak Islam.
Nasr
menambahkan, untuk memahami Islam seutuhnya harus selalu diingat bahwa
Islam, seperti juga agama-agama lainnya, sejak semula memiliki
kemungkinan adanya corak-corak penafsiran yang berbeda-beda.
“Dan walau bagaimanapun, Syiah bukanlah suatu gerakan yang menghancurkan
kesatuan Islam, tapi Syiah itu justru menambah kekayaan sejarah dan
penyebaran Al-Quran,” kata Nasr.
Pernyataan-pernyataan Nasr ini menjadi pengantar dalam buku Islam Syiah, Asal Usul dan Perkembangannya,
yang ditulis oleh Allamah M.H. Thabathaba’i. Buku ini terbitan PT
Pustaka Utama Grafiti Jakarta pada 1989 yang mengambil judul asli Syiah Dar Islam (Syiah dalam Islam), buku tentang Islam sebagaimana dilihat dan ditafsirkan oleh Syiah dari penulis yang sama.
Allamah M.H. Thabathaba’i mewakili golongan utama dan intelektual dari
ulama Syiah yang berpengaruh besar dan orang yang dianggap mewakili
penafsiran Syiah yang lebih universal. Nasr dan Allamah M.H.
Thabathaba’i saling bekerja sama selama enam tahun, di mana Nasr menerjemahkan buku ini kedalam bahasa Inggris.
Nasr menjelaskan, ada lima prinsip agama atau usuluddin sebagaimana dinyatakan oleh Islam Syiah mencakup:
1.Tauhid, yakni kepercayaan kepada keesaan Ilahi
2.Nubuwat, yakni kenabian
3.Ma’ad, yakni kehidupan akhirat
4.Imamah atau keimanan, yakni kepercayaan adanya imam-imam sebagai pengganti nabi
5.Adil atau Keadilan Ilahi.
Menurut Nasr, dalam tiga prinsip dasar, yakni Tauhid, Nubuwat, dan Ma’ad, Sunni dan Syiah bersepakat.
“Hanya dua prinsip dasar yang lain, yakni Imamah dan Keadilan, mereka berbeda,” ujar dia.
GRACE S. GANDHI
No comments:
Post a Comment