Best Patner

Friday 15 September 2017

‘Aidul Fitri Hari Yang Penuh Berkah



Hari Raya ‘Aidul Fitri adalah hari raya yang dirayakan umat Islam setelah melaksanakan puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Puasa Ramadhan adalah suatu proses latihan untuk memerangi hawa nafsu, dan cara yang paling ampuh untuk memerangi hawa nafsu adalah dengan menahan lapar dan dahaga, namun untuk mendapatkan keutamaan berpuasa juga harus menjaga dari segala sesuatu yang membatalkan falaha puasa.

Hakikat berpuasa untuk membentuk mukmin yang kuat dan bertaqwa kepada Allah SWT, seorang yang didera oleh nafsunya maka dia tidak akan sampai kepada tingkat taqwa, bahkan dia tidak akan terpelihara dari segala sesuatu yang syubhat, bahkan yang haram.

Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan di atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, pasti kamu menjadi orang yang bertaqwa”, (Q. S Al Baqarah: 183).

Seorang mukmin yang telah melaksakan perintah berpuasa seperti sunnah Rasulullah SAW, maka orang tersebut akan menyambut ‘Aidul Fitri dengan penuh ketaqwaan, sehingga ia akan menyadari dirinya sebagai hamba yang dhaif, yang selalu mengharap rahmat dan ridha Allah SWT, bukan menjadi hamba yang angkuh, sombong, dan takabur yang selalu dalam jurang kemaksiatan.

Bagaimana Sih Kita Ber’aidul Fitri?

Setelah menyelesaikan puasa Ramadhan sebulan penuh kemudian kita ikutkan dengan membayar zakat fitrah pada malam 1 Syawal, maka ketika itu seolah-olah kita seperti anak kecil yang baru dilahirkan tanpa setetes dosa pun dan dalam aqidah yang lurus sesuai tuntunan Rasulullah SAW, inilah hakikatnya yang kita rayakan setelah menang dalam melawan nafsu.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”, (Q. S Ar Ruum: 30).

Sungguh suatu kebahagiaan yang besar bagi mereka yang mampu membersihkan dirinya, membersihkan aqidahnya, membersihkan ibadahnya, membersihkan pakaiannya, dan membersihkan perbuatannya dari sesuatu yang murka Allah.

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya Ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu. (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa”, (Q. S Al A’la: 14-19).

Dalam merayakan ‘Aidul Fitri, kadang kita sering melakukannya sesuai dengan yang kita inginkan, padahal hari itu semestinya kita rayakan dengan membaca takbir, tahlil, tahmid, serta bersilaturrahmi sesama muslim.

Aku Allah dan Aku Rahman (Maha Pengasih dan Maha Penyayang). Aku jadikan rasa kasih sayang dalam hati hamba-hambaku, serta Aku ambilkan nama Ku menjadi nama dari kasih sayang itu. Maka siapa yang menjalin kasih sayang, akan Aku jalin kasih sayang dengannya. Dan siapa yang memutuskan rasa kasih sayang, maka Aku akan memutuskan rasa kasih sayang dengannya”, (Hadits Qudsi riwayat Abu Daud dan Tirmizi).

Dalam menjalin silaturrahmi, banyak hal yang bisa kita lakukan, dengan saling memaafkan, berjabat tangan dan mengunjungi jiran (tetangga), saudara, kawan, dan sanak family. Namun ini semua bila kita lakukan tanpa ilmu, maka ditakutkan bukan saling terlepas dari dausa, namun akan timbul dausa-dausa baru yang kadang kita tidak mengetahuinya.

(tetapi) Karena mereka melanggar janjinya, kami kutuki mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”, (Q. S Al Maidah: 13).

Seorang lelaki yang sudah baligh tidak akan mengunjungi kerumah wanita yang sudah balighah, karena bila ini dilakukan tanpa muhrimnya maka ditakutkan akan terjadi fitnah, bahkan haram bagi mereka berduaan disuatu tempat tanpa muhrim siwanita yang menemaninya. Apalagi sampai mereka menjabat tangan tanpa lapik pembatas antara keduanya.

Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi setiap anak Adam baginya dari zina, ia mengalami hal tersebut secara pasti. Mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, dan kaki zinanya adalah melangkah dan hati berhasrat dan berangan-angan dan hal tersebut dibenarkan oleh kemaluan atau didustakan”, (H. R Bukhari dan Muslim).

Andaikata kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik baginya dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”, (H. R Ar Ruyani).

Demi Allah tidak pernah sama sekali tangan Rasulullah  SAW menyentuh tangan wanita dalam berbai’at, beliau hanya membai’at mereka dengan ucapan”, (H. R Bukhari dan Muslim).

Godaan yang paling besar bagi kita adalah saat ‘Aidul Fitri, karena ketika itu kita seolah-olah kita laksana bayi yang baru lahir, titel taqwa yang kita peroleh setelah menjalani latihan yang cukup panjang, membuat para Iblis laktullah menangis dan bersumpah akan membawa kita kembali kelembah kemaksiatan, dan hari inilah mereka memasang beribu perangkap, sehingga kita kembali mengikuti jalan mereka.

Sesungguhnya Iblis ‘alaihi laknat berteriak pada tiap-tiap hari raya, maka para ahli/tentranya sama-sama berkumpul disekelilingnya sambil berkata: Wahai baginda kami, siapakah yang menjadikan baginda murka, maka sungguh dia akan kami hancurkan. Iblis berkata: tidak ada sesuatu, akan tetapi Allah Ta’ala pada hari ini telah mengampuni umat ini, maka kamu sekalian harus menyibukkan mereka dengan segala macam yang lezat-lezat, dengan syahwat dan dengan minum arak, sehingga Allah murka kepada mereka”, (Duratun Nashihin, Jilid 3, hal. 300).

Dalam merayakan lebaran ini, semua tergantung kita, apakah akan menjaga kesucian dan titel taqwa itu terus melekat pada kita hingga Ramadhan tahun depan, atau begitu berakhirnya Ramadhan kita lepaskan titel taqwa tersebut dan kembali berpakaian kemaksiatan. Namun yang perlu kita ingat, hidup ini tidak akan lama, dan yang paling dekat dengan kita adalah kematian, semoga kita mati dalam keadaan husnul khatimah, bukan dalam keadaan su-ul khatimah.

akan Engkau yang kami sembah dan kepada Engkau kami minta pertolongan, tunjukilah kami kejalan yang lurus, yaitu jalan-jalan orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan-jalan orang yang Engkau murkai dan jalan-jalan mereka yang telah Engkau sesatkan”.



Oleh : Joel Buloh (Guru MTsN Kutamakmur




No comments:

Post a Comment